Minggu, 23 Desember 2012

Rahasia Di Balik Kesederhana'an

Suatu ketika sahabat Umar meminta izin untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah diijinkan beliau segera saja masuk ke dalam bilik kecil yang ditempati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Kaget bukan kepalang dengan apa yang dilihatnya. Bola matanya tidak setuju dengan pemandangan di depannya, tapi ini kenyataan. Hatinya bergejolak tak karuan. Berbagai perasaan berpadu dalam kalbu. Sedih, iba, bangga, tak tahulah apa nama perasaan itu. Ia mendapati beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Bukan hanya tikar kasar, tapi juga kecil. Sangking kecilnya tikar kasar yang beliau kenakan, sebagian tubuh beliau berada diatas tanah.

Beliau hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras, hingga bekas-bekas guratan terlukis tak beraturan di pipi putih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,.

Sesaat suasana hening. Sahabat Umar mengambil posisi duduk di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setetes air bening menyembul keluar dari sudut matanya, turun setapak demi setapak, melewati gundukan kecil, menyusuri lembah halus di pipinya, dan akhirnya jatuh membasahi bumi.

Satu tetes, diikuti tetesan-tetesan yang lain, hingga puluhan tetes telah melewati gundukan kecil dan lembah halus di pipinya. Sahabat nabi yang terkenal garang itu terisak. Ia yang dikenal dengan watak kerasnya, tak mampu menahan lelahan air mata yang mendesak sekuat tenaga.

Melihat sahabat setianya berlinangan air mata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pun bertanya, "Mengapa engkau menangis wahai Umar?"

"Bagaimana aku tidak menangis..."Men gambil nafas."Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuhmu. Padahal engkau Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kaisar Romawi duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera".
Jawab umar panjang lebar sambil menahan gejolak di hatinya.

Dengan lembut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bertutur kepadanya,

"Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga. Sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangankita untuk hari akhir."

Sederhana, pasti banyak yang suka. Sederhana, pasti banyak yang cinta. Sederhana, pasti banyak yang bangga. Bukan hanya makhluk bernama manusia yang suka dengan pribadi sederhana, tapi Allah pun turut mencintai manusia yang berperilaku sederhana.

"Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang." (HR. Ibnu Majah)

"Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang dia gunakan untuk memukul, dan kakinya yang dia gunakan untuk menendang. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya akan Aku lindungi." (HR. Bukhari)

Apa untungnya dicintai manusia tanpa cinta-Nya ALLAH? Jelas, manusia hidup di dunia ini atas dasar cinta. Kalau bukan karena cinta, niscaya kedamaian dan ketentraman tak kan tercipta. Kalau bukan karena cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya , niscaya tidak akan terbuka pintu taubat dan maghfirah. Kalau bukan karena cinta Rasulullah kepada umatnya, niscaya tidak akan ada dakwah islamiyah yang menyebar luas.

Sederhana bukan berarti miskin. Sederhana bukan berarti hidup pas-pasan dan serba kekurangan. Sederhana bukan berarti tidak boleh kaya, tapi sederhana adalah sebuah sikap bagaimana kita menjalani sepenggal episode kehidupan ini dengan tidak berlebih-lebihan. Bisa jadi orang yang memiliki sifat sederhana adalah seorang saudagar kaya raya, tapi ia tak pernah memamerkan kekayaannya dengan begitu jemawa. Pakaian yang ia kenakan adalah pakaian pada umumnya orang memakai, bukan yang berharga jutaan rupiah. Penampilannya biasa-biasa saja alias low profile , juga tidak congkak sok paling berharta.

Akhir kata, jangan remehkan kesederhanaan, karena sesuatu yang sederhana memiliki makna yang lebih dahsyat dari apa yang terlihat. A little things mean a lot, begitu kata orang pepatah. Terlebih, kesederhanaan akan menghantarkan kita pada kebahagiaan, bahagia di dunia dan akhirat. Dicintai Allah Rabb semesta alam dan makhluk bernama manusia.

Kesederhanaan menjauhkan diri dari fitnah dan dengki manusia. Kesederhanaan menghilangkan batas struktural sosial manusia yang bertingkat-tingkat sehingga kesenjangan dan kecemburuan sosial dapat diminimalisir.Hiduplah sederhana tanpa mengabaikan bagian hidup yang harus dinikmati dan tanpa melupakan bagian yang wajib dikeluarkan. Wallahu A'lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Follow Me