Senin, 24 Desember 2012

SEBUAH KISAH RENUNGAN (Untuk-mu, untuk-ku dan untuk kita semua)

Religi
Diantara rintik hujan yang mengantar senja ke
tempat peristirahatannya, semilir angin
berhembus menerpa wajah-wajah letih
dijalanan, membuat orang enggan untuk keluar
rumah.

Genangan-genangan air mulai muncul dijalan-
jalan beraspal yang tidak lama lagi akan
memantulkan cahaya lampu-lampu jalan
menandakan malam segera datang.

Disudut jalan seorang anak kecil masih asyik
memainkan mobil-mobilan bekas yang di
perolehnya tadi siang dari tempat sampah.

Ibunya masih tertidur di sampingnya, atap-atap
lebar rumah dan lebatnya pohon melindungi
mereka dari sapuan air hujan, disudut lain
tampak beberapa pengemis dan pemulung juga
mulai merebahkan diri.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar”

kumandang adzan Maghrib terdengar saling
bersahutan dari corong-corong spiker masjid,
suara yang mengajak orang menemui Rabb-Nya.

“Bu…Bu..sudah adzan mau sholat gak?” teriak
anaknya membangunkan sang ibu,
tapi ibunya masih tertidur dengan pulasnya.

Anak itu diam lalu meneruskan bermain mobil-
mobilan.
Setelah hampir setengah jam asyik bermain,
anak tersebut kembali membangunkan ibunya.

“Bu….Bu…, …Ibu gak sholat..?…… bangun dong
Bu…… Angga lapar nih..!!” teriak anaknya,

Tapi ibunya masih tetap tertidur, tidak
bergeming sedikit-pun.
Karena keletihan membangunkan ibunya, ia pun
tertidur di sampingnya.

Anak itu berusia lima tahun dengan badan kurus
dan lusuh,
sedangkan ibunya berusia sekitar tiga puluh
tahun dengan wajah kurus pucat seperti orang
yang sakit keras.

Tidak beberapa lama adzan Isya berkumandang.
Hujan semakin deras, jalanan
tampak sepi. Anak itu terbangun sambil
meringis karena merasa lapar.
Dia bangun lalu berlari ke arah masjid di
seberang jalan.

Ia pun menengadahkan tangan kepada jama’ah
masjid yang hendak melaksanakan sholat.

Anak itu telah terbiasa mengemis di depan
masjid dan di persimpangan jalan,
tetapi malam itu tidak satu-pun jama’ah
yang memberikannya uang.

Dia terus meringis menahan sakit perut yang
belum terisi sejak pagi karena ketika siang hari
ibunya muntah-muntah kemudian tidur dan
belum bangun sampai malam itu.

“Aro’aitalladzii yukadzibu biddiin, fadzaalikalladzii
ya du’ul yatiim,
wa laa ya khuddu ‘alaa tho ‘aamil miskiin”
(Tahukah kamu orang yang mendustakan
Agama..?
Itulah orang yang menghardik anak yatim dan
tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin)...

Terdengar suara Imam membaca surat Al-
Maa’un dari dalam masjid. Tentang para
pendusta Agama.
Semua jama’ah hafal ayat itu, tapi sama seperti
nasib anak di luar masjid itu, surah
Al-Maa’un tersebut terlantar di sudut ingatan.

Anak itu belari kembali kepada ibunya sambil
menangis menahan sakit, tubuhnya basah oleh
air hujan.
Air yang bagi makhluk lain menjadi rahmat,
tetapi baginya menjadi seperti sapaan Allah
terakhir kepadanya.

Dia tertidur sambil memegang perut di dada
ibunya.
Kedua ibu dan anak itu pada pagi harinya
ditemukan warga telah meninggal dunia,
meninggalkan derita yang dideranya,
meninggalkan para pendusta Agama yang tidak
pernah mau menyapanya.

”INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJII'UN”

Sahabat saudara-ku fillah...
Ketika malam hujan menghampiri kita, disaat
kita berkumpul bersama keluarga dan
merasakan kehangatan, maka sesekali ambil-lah
payung lalu keluar rumah-lah..
cari-lah rintihan di sudut-sudut jalan, di halte-
halte bis.
sapa-lah mereka, redakan ketakutan di hati
mereka.
berbagi-lah sedikit..

Jika kokohnya rumah kita masih membuat takut
anak-anak kita ketika mendengar
halilintar, lalu bagaimana dengan teriakan anak-
anak tanpa atap tersebut.?

Siapa tahu senyuman kita mampu mengusir
galau dan resah di hati mereka, lalu perlahan-
lahan bisa melunturkan stempel pendusta
Agama di kening kita.
Atau di kala kita melihat pengemis di jalanan,
andaikan kita tidak bisa memberi barang yang
berguna, berilah sedikit senyuman,
jangan-lah kita menghardik dan mencacinya.

Siapa pun sebetulnya tidak ingin memiliki nasib
yang demikian.
Buka mata, telinga dan hati kita.
Mari kita peduli dan berbagi apapun yang kita
miliki.
Setidaknya sedikit bisa mengurangi beban di hati
saudara-saudara kita.
semoga menjadi renungan buat kita semua.....

0 komentar:

Posting Komentar

Follow Me