Kamis, 27 Desember 2012

Hati-hati Minum Obat Tradisional'

'Hati-hati Minum Obat Tradisional'  TEMPO.COJakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan mengimbau masyarakat berhati-hati dalam mengkonsumsi obat tradisional. Pasalnya, banyak ditemukan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO). 

"Kalau minum obat tradisional dan efeknya langsung terasa, berarti mengandung BKO," kata Deputi Bidang Obat Tradisional BPOM T. Bahdar Johan Hamid di kantornya, Selasa, 18 September 2012.

Bahdar mengatakan, terjadi tren BKO yang dicampurkan dalam obat tradisional. Tahun 2001-2007, biasanya dicampur ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. BKO yang dicampur adalah fenilbutason, metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada 2008-2011, BKO mayoritas terdapat pada obat pelangsing dan penambah stamina dengan campuran BKO berupa sibutramin, sildenafil, dan tadalfil.

Tren 2012, kata Bahdar, kembali ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. Perubahan tren obat tradisional karena permintaan masyarakat. "Perubahan tren ini diduga karena faktor sosial ekonomi," kata Bahdar. 

Pada tahun 2001-2007, kata Bahdar, ekonomi sedang sulit sehingga banyak yang terserang rematik. Tahun 2007-2011, ekonomi membaik sehingga banyak yang ingin berpenampilan baik sehingga minum obat pelangsing. Namun, soal kesimpulan ini, ia mengaku tidak menyelidiki secara ilmiah.

Bahdar mengatakan, pencampuran BKO yang tidak terukur akan berimbas pada kesehatan masyarakat. Misalnya, penggunaan fenilbutason akan menyebabkan mual, muntah, bahkan pendarahan. Penggunaan parasetamol yang tidak terukur akan menyebabkan kerusakan hati.

Data dari BPOM, pada semester 2011, ada 25 item produk obat tradisional yang ditarik. Sedangkan pada semester tahun 2012, sudah sebanyak 25item. "Pemusnahan pada tahun 2011 sebanyak 161.516 paket dan semester pertama 41.449 paket," ucap Bahdar. Sedangkan yang masuk di meja hijau ada 17 kasus pada tahun 2011, dan semester 1 tahun 2012 sebanyak 31 kasus.

Namun, Bahdar mengatakan, masyarakat tidak perlu menghindari obat tradisional. Tidak semua herbal bermasalah karena banyak yang berkualitas. "Indonesia mempunyai sumber keanekaragaman hayati terkaya di dunia," ucap Bahdar. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen herbal terbaik asalkan BKO bisa ditanggulangi.

Bahdar mengatakan, omzet obat herbal di Indonesia mencapai Rp 17 triliun. "Ini bisa menjadi peluang sumber ekonomi bagi masyarakat," ucap Bahdar. Namun, industri herbal ini, kata Bahdar, bisa menurun kerena masyarakat enggan menggunakan karena takut terkena BKO. 

0 komentar:

Posting Komentar

Follow Me